Buku ini menghadirkan gagasan strategis sekaligus panduan praktis untuk membangun agribisnis yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan di Tanah Papua, dengan menempatkan Orang Asli Papua (OAP) sebagai subjek utama pembangunan.

Agribisnis Papua tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga erat kaitannya dengan hak ulayat, identitas budaya, dan keberlanjutan ekologi. Selama ini, banyak program pembangunan berjalan secara top-down, sehingga sering meminggirkan peran masyarakat adat. Karena itu, buku ini menawarkan pendekatan Pentahelix -kolaborasi lima unsur utama: Pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media– yang diadaptasi sesuai konteks sosial-budaya Papua.

Buku ini mencakup materi : 1) Konteks dan urgensi agribisnis Papua serta tantangan keterlibatan OAP; 2) Model Implementasi Pentahelix dan peran strategis tiap aktor dalam rantai agribisnis; 3) Profil UMKM OAP, potensi komoditas unggulan seperti sagu, kopi, kakao dan hortikultura; 4) Strategi implementasi Pentahelix dalam bentuk roadmap, kelembagaan, hingga model bisnis inklusif; 5) Studi kasus best practice dari berbagai daerah di Papua, yang menyoroti faktor keberhasilan dan hambatan; 6) Rancangan model Pentahelix untuk masa depan, lengkap dengan indikator keberhasilan dan rekomendasi kebijakan.

Melalui pendekatan partisipatif dan kolaboratif, buku ini mendorong semua pihak untuk menjadikan agribisnis sebagai motor pembangunan Papua yang berakar pada potensi lokal, menghormati hak adat, memberdayakan komunitas, serta menjamin kedaulatan pangan dan kesejahteraan OAP.

Buku ini membahas secara komprehensif keberadaan, fungsi, dan pengelolaan kampung adat di Kabupaten Mimika, Papua, dengan fokus pada tiga suku utama: Mimika Wee, Sempan, dan Amungme. Disusun berdasarkan landasan hukum nasional dan daerah, buku ini menjelaskan latar belakang pentingnya pelestarian masyarakat hukum adat sebagai basis identitas, kearifan lokal, dan keberlanjutan lingkungan.

Pembahasan mencakup tinjauan pustaka tentang konsep kampung adat dari perspektif antropologi, hukum, dan ekologi; pengertian serta fungsi kebudayaan; faktor perubahan sosial-budaya; hingga unsur-unsur kebudayaan yang membentuk struktur kehidupan masyarakat adat. Buku ini juga memaparkan metode penelitian kualitatif untuk mengidentifikasi wilayah adat, norma hukum adat, sistem kekerabatan, pengetahuan tradisional, mata pencaharian, seni, bahasa, dan pemerintahan adat di kampung-kampung terpilih.

Secara khusus, buku ini memberikan deskripsi rinci tentang sejarah, persebaran, bahasa, sistem kepercayaan, pola pemukiman, dan konsep kampung bagi suku Mimika Wee di Kokonau. Penjelasan tersebut memperlihatkan keterkaitan erat antara identitas budaya, spiritualitas, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Dengan demikian, buku ini menjadi acuan penting dalam perencanaan pembentukan kampung adat serta pelestarian warisan budaya di Kabupaten Mimika.

Buku Lahir Papua, Besar Papua, Pendidikan Papua untuk Papua menghadirkan gambaran komprehensif tentang perjalanan tanah Papua dari sisi sejarah, budaya, sosial, hingga pendidikan. Penulis menekankan pentingnya melihat Papua bukan hanya sebagai wilayah geografis, tetapi sebagai tanah dengan identitas, kearifan lokal, dan kekayaan tradisi yang telah membentuk jati diri orang Papua sejak ribuan tahun lalu. Kisah tentang lahir dan besarnya Papua dihubungkan dengan peran pendidikan sebagai kunci membangun masa depan yang bermartabat.

Dalam buku ini, pendidikan diposisikan sebagai pilar utama pembangunan Papua. Tantangan besar seperti keterbatasan akses, rendahnya kualitas pendidikan, serta ketidakadilan pembangunan menjadi sorotan penting. Penulis menegaskan perlunya sistem pendidikan yang berpihak pada masyarakat Papua, berbasis budaya lokal, serta relevan dengan kebutuhan nyata generasi muda. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai transfer ilmu, melainkan juga sarana pemberdayaan, pelestarian identitas budaya, dan penguatan kemandirian.

Lebih jauh, buku ini mengajak semua pihak—pemerintah, akademisi, masyarakat adat, hingga dunia usaha—untuk berkolaborasi membangun Papua melalui pendidikan yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Harapannya, generasi muda Papua tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga agen perubahan yang mampu mengangkat derajat bangsanya. Dengan gaya reflektif dan penuh harapan, buku ini menjadi undangan bagi pembaca untuk melihat Papua secara lebih dalam, menghargai keunikan budayanya, serta ikut berkontribusi membangun masa depannya melalui pendidikan.

Buku ini hadir sebagai panduan praktis dan komprehensif dalam mendukung mahasiswa dalam memahami, menyusun, dan menyelesaikan karya tulis ilmiah, mulai dari skripsi hingga publikasi artikel ilmiah. Penyusunan buku ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan sumber bacaan yang sistematis, aplikatif dan sesuai konteks bidang kesehatan masyarakat, serta menjawab tantang rendahnya kualitas penulisan ilmiah di tingkat sarjana.

Dengan pendekatan bertahap dan logis, buku ini dibagi ke dalam sebelas bab utama. Bab 1 membuka pemahaman dasar tentang penulisan ilmiah dalam ranah kesehatan masuarakat, dilanjutkan dengan Bab 2 yang membahas pentingnya etika dan integritas akademik. Bab 3 hingga Bab 8 mengulas secara mendalam tentang struktur penulisan karya ilmiah, mulai dari latar belakang, kajian pustaka, metode penelitian, hasil pembahasan, hingga kesimpulan dan saran. Bab 9 membekali mahasiswa dengan teknik menyusun daftar pustaka dan pengelolaan referensi yang efisien. Bab 10 mengarahkan pembaca untuk mengonversi skripsi menjadi artikel ilmiah yang layak dipublikasikan. Bab 11 menyajikan rubik penilaian sebagai alat bantu evaluasi mandiri.

Sebagai pelengkap, buku ini juga menyertakan template panduan penulisan skripsi, bagian penting tambahan panduan lengkap penggunaan Mendeley, serta Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang relevan bagi mahasiswa dalam menyempurnakan karya tulisnya secara format dan bahasa.