[ S I N O P S I S ]

Buku ini mengupas Tata Ruang Tradisional Orang Tepra di Kampung Yongsu Desoyo, sebuah komunitas adat di pesisir utara Papua yang memiliki sistem pengelolaan ruang berbasis kearifan lokal. Melalui pendekatan antropologi ekologi dan etnoarkeologi, buku ini menggali bagaimana Orang Tepra mengatur ruang hidup mereka sesuai dengan nilai budaya, sistem sosial, dan kondisi lingkungan alam.

Tata ruang tradisional Orang Tepra tidak hanya berfungsi sebagai struktur permukiman, tetapi juga sebagai ekspresi kosmologi dan hubungan manusia dengan alam. Pola pemukiman, zonasi lahan, dan pembagian fungsi ruang mencerminkan sistem sosial dan ekonomi yang telah berkembang secara turun-temurun. Buku ini menjelaskan bagaimana ruang-ruang dalam kampung diatur sesuai dengan status sosial, peran gender, serta aktivitas ekonomi seperti berburu, bertani, dan menangkap ikan.

Di tengah arus modernisasi dan pembangunan infrastruktur, tata ruang adat Orang Tepra menghadapi tantangan besar, mulai dari perubahan pola pemukiman, eksploitasi sumber daya, hingga kebijakan tata ruang yang sering mengabaikan perspektif lokal. Buku ini menganalisis implikasi tata ruang tradisional terhadap pembangunan berkelanjutan, serta memberikan rekomendasi bagi pemerintah dan akademisi untuk mengintegrasikan kearifan lokal dalam perencanaan wilayah.

Sebagai referensi akademik, buku ini menawarkan wawasan bagi para antropolog, perencana tata ruang, pemerhati budaya, serta pengambil kebijakan dalam memahami model tata ruang berbasis adat yang dapat menjadi alternatif dalam menghadapi tantangan pembangunan berkelanjutan.

Buku ini tidak hanya mendokumentasikan tata ruang Orang Tepra, tetapi juga menjembatani warisan budaya dengan perencanaan modern, agar sistem pengetahuan lokal tetap lestari dan relevan dalam perkembangan zaman, serta merupakan persembahan sekaligus ungkapan syukur Persekutuan Anggota Muda Jemaat GKI Maranatha Polimak Jayapura Rayon Karmel atas 170 Tahun Penginjilan di Tanah Papua. Semoga bermanfaat