[ S I N O P S I S ]

Papua merupakan wilayah yang diberkati dengan berbagai kekayaan dan keindahan alam, keragaman hayati dan budaya, keunggulan letak geografis, serta harmoni kehidupan yang damai; sehingga tidak salah jika dijuluki sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi oleh seorang pencipta dan penyanyi lagu-lagu balada. Namun karena berbagai kepentingan surga kecil tersebut menjadi rusak; dan atas nama pembangunan menjadi malapetaka bagi pemiliknya. Kondisi paradoks ini dalam ilmu ekonomi disebut sebagai kutukan sumberdaya alam.

Dengan menggunakan pendekatan berpikir sistemik (systems thinking) teridentifikasi persoalan-persoalan pembangunan di wilayah Papua dan alternatif solusinya. Ada lima persoalan pembangunan di wilayah Papua, yaitu: (1) tingkat kesulitan geografis yang beragam dan sebaran penduduk yang tidak merata; (2) diversitas budaya yang tinggi dan adanya kesenjangan peradaban di antara Orang Asli Papua (OAP), (3) isu politik, keamanan, dan hukum; (4) paradigma dan pendekatan perencanaan pembangunan; dan (5) tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Alternatif solusinya adalah melalui reorientasi paradigma dan pendekatan perencanaan pembangunan, serta transformasi tata kelola pemerintahan yang baik dan akuntabel.

Reorientasi paradigma dan pendekatan perencanan pembangunan, serta transformasi tata kelola pemerintahan yang baik dan akuntabel diimplementasikan dalam bentuk pembangunan berkelanjutan 2016-2050 yang bertumpu pada pengembangan infrastruktur dasar, pembangunan manusia, dan pengembangan potensi ekonomi lokal sebagai pengungkit bergeraknya sektor-sektor pembangunan yang lain.

Salah satu infrastruktur dasar yang dibutuhkan adalah infrastruktur kelistrikan. Untuk memperoleh infrastruktur kelistrikan yang kompatibel dengan denyut implementasi pembangunan berkelanjutan, perlu dikembangkan model perencanaan perlistrikan wilayah di Papua. Pada bagian akhir dari buku ini diuraikan pengembangan model perencanaan perlistrikan wilayah di Papua.