Teluk Bintuni, Papua Barat. Menyimpan suatu rahasia tersembunyi yang masih tersembunyi menjadi misteri oleh sang penciptanya. Daerah yang kaya akan sumber daya alam ini bukanlah daerah tidak pertuanan. Bukan pula daerah yang diterlantarkan oleh tuannya. Melainkan tuannya, menjaga dan menjatuh dengan hutam hijau, air kabur, teluk dan lautannya serta segala flora dan faunanya. Hutan mangrove, air kabur dan rimba rawa adalah milij tujuh suku yang menghuni teluk Bintuni sejak dahulu, kini dan masa depan.
Daerah yang dikenal kaya dengan sumber daya alam ini dihuni tujuh suku sejak dahulu kala. Manusianya tidak merata, insentitas tidak terlalu besar tetapi otonom berdasarkan ikatan kekerabatan. Manusia Subsisten yang otonom ini percaya pada dirinya sendiri, merasa yakin pada kemampuannya sendiri, menyelaraskan diri dengan alam yang ganas dan tidak merasa dirinya rendah. Di sisi lain dia mengetahui keterbatasannya dalam menghadapi dunianya. Inilah sikap dasar manusia Teluk Bintuni. Mereka tersebar di wilayah selatan kepala burung, sungai Weriagar sebelah timur dan barat, dan sekitar sungai Sebyar. Di dalam komunitas mereka sendiri dibagi dalam dua unit etniik Kembaran satunya dan lain Damban. Mereka mendiami di daerah rawa-rawa yang luas aliran sungai Sebyar, Weriagar dan Tami. Sungai-sungai ini bermuara ke laut teluk Bintuni.
Kini surga di sana telah sirna, Bintuni adalah suatu tanah yang di incar. Karena berbagai macam sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan itu kini menjadi incaran para pemodal kapitalis dan pemerintah kolonial melalui berbagai perusahaan yang masuk di daerah itu. Over eksploitasi sumber daya alam menimbulkan berbagai dampak yang merugikan manusia asli dan keunikan ekosistem di wilayah itu. Bintuni adalah suatu negeri yang dibanjiri dengan beribu-ribu imigran dan prajurit yang bertanda siap menghantam atau paling sedikit berselisih kalau kegiatan eksploitasi kapitalis itu diganggu. Melihat Teluk Bintuni melalui buku-buku atau perjalanan singkat kelihatannya seperti surga. Dilihat sedikit tertutup, tetapi dapat memulai lebih dekat rasanya seperti masuk neraka. Karya kecil ini bekerja dinamika ini yang dikumpulkan melalui beberapa kali penelitian di wilayah itu.
Jayapura, Juni 2023
PENULIS
Universitas Cenderawasih Engkau dilahirkan Dalam gejolak politik Belanda dan Indonesia Menentukan […]
Kota Jayapura | Provinsi Papua | Provinsi Papua Barat | Provinsi Papua Tengah | Provinsi Papua Pegunungan | Provinsi Papua Selatan
Copyright © 2023 UncenPress – All rights reserved.
Designed by Setyawan
UncenPress Program Pascasarjana – Universitas Cenderawasih
Di peruntukkan secara khusus kepada Tenaga Pendidik (Dosen), Mahasiswa dan Tenaga Kependidikan (Staf) yang berada di lingkungan kampus Universitas Cenderawasih.
Penulis akan mendapatkan 4 exampler buku yang telah diterbitkan melalui UncenPress di lingkungan Program Pascasarjana Universitas Cenderawasih
Penulis akan mendapatkan layanan khusus dari Tim UncenPress yaitu memproseskan pengajuan dalam penerbitan International Serial Book Number (ISBN) pada per 1 judul tulisan yang akan diterbitkan.
Uncen Press memberikan E-book gratis yang dilengkapi dengan E-ISBN kepada penulis yang telah menerbitkan dan mencetak bukunya. Sehingga buku dapat diakses di semua perangkat pintar elektronik.
Hasil tulisan akan dicetak dengan kualitas Hitam-Putih khususnya pada bagian isian dalam buku. Terkecuali pada Cover Buku akan dicetak dalam keadaan berwarna.
Maksimal cetak halaman buku sebanyak 150 halaman. Jika penulis memiliki tulisan diatas 150 halaman (setelah dilakukannya layout & penyuntingan teks, gambar, tabel, grafik diagram dan sebagainya, maka akan dikenakan biaya tambahan secara administratif dan status dialihkan menjadi Non-Paket.
Hasil tulisan yang akan dicetak dengan ukuran standar Internasional yaitu UNESCO (15,4 cm x 23 cm )
Penerbit (UncenPress) akan memberikan jaminan berupa hak pendapatan atau keuntungan dari hasil penjualan buku/referensi bacaan atas karya intelektual miliknya, melalui perjanjian kontrak yang telah disetujui antar Penerbit UncenPress dengan Penulis.